BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama
ialah kepercayaan terhadap Tuhan serta segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Agama Hindu merupakan agama yang
paling tua di dunia yang telah lahir jauh sebelum Moses, Buddha, dan
Kristus. Hanya saja perlu dicatat bahwa sampai saat ini tahun lahirnya
agama Hindu tersebut masih kontroversi dan belum diketahui secara pasti kapan
agama tersebut pertama kali Lahir. Bila melihat dari kisah-kisah mitologi Hindu,
maka agama Hindu adalah agama yang sudah berumur triliunan tahun. Beberapa
mengatakan agama Hindu mulai lahir setelah
berakhirnya zaman es. Beberapa mengatakan juga awal agama Hindu adalah 6000-7000 tahun
sebelum masehi. Beberapa teolog seperti Max Muller dari Jerman melacak awal
agama Hindu pada milenium ketiga sebelum masehi. Agama
Agama Hindu merupakan agama yang tidak berasal dari
seorang pendiri, sebuah kitab, atau satu titik waktu sebagaimana agama lain,
tetapi agama Hindu merupakan agama Tuhan yang disampaikan kepada Maha
Rsi (para penerima Wahyu), yang pada jaman dahulu para Maha
Rsi tersebut menyanyikan wahyu tuhan di hutan, gunung, dan juga
ditepian sugai-sungai di India, dan tradisi-tradisinya dihubungkan dengan
Bangsa Arya. Meski demikian dalam penulisan sejarah Agama Hindu Dipriodisasikan
kedalam beberapa priode, yaitu : Pertama, Perkembangan agama Hindu
di India pada Zaman Veda (6500-2000 SM). Kedua Perkembangan
Agama Hindu di India Zaman Brahmana (2000-1500 SM). Ketiga, Perekembangan
agama Hindu di India pada zaman Upanisad (1500-500 SM). Kemudian periode
selanjutnya perkembangan agama Hindu ke berbagai wilayah di luar India.
Selain di India
perkembangan agama hindu juga terjadi di berbagai negara seperti Indonesia,
Mesir, Mexico, Vietnam, Afghanistan, Australia, dll. Beberapa
bukti peninggalan sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat kita
pergunakan sebagai dasar untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu
pernah berkembang di negara-negara lain selain India
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
kita mengenai Perkembangan Agama Hindu di Dunia termasuk di Indonesia.
1.3 Manfaat
- Dapat mengetahui Sejarah lahirnya Agama Hindu
- Dapat mengetahui Perkembangan agama hindu di luar
indonesia dan indonesia.
- Dapat
menyebutkan hal-hal penting yang berhubungan dengan proses penyebaran
Agama Hindu-Budha di India dan Indonesia
1.4 Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah agama hindu ?
- Bagaimana proses penyebaran agama hindu di dunia ?
- Bagaimana proses masuknya agama hindu di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah agama hindu
Agama Hindu berasal dari India. Untuk
mengetahui sejarah perkembangannya haruslah juga dipelajari sejarah
perkembangan India meliputi aspek perkembangan penduduk maupun aspek
kebudayaannya dari jaman ke jaman. Berdasarkan penelitian usia kitab- kitab
Weda, para ahli sampai pada suatu kesimpulan bahwa agama Hindu telah tumbuh dan
berkembang pada sekitar 6.000 tahun sebelum tahun Masehi. Sebagai agama tertua,
agama Hindu kemudian berkembang ke berbagai wilayah dunia, termasuk Asia
Tenggara dan Indonesia.
Pada abad kelima sebelum masehi, agama Buddha muncul dan berkembang
dengan pesat. Dan pada abad ketiga sebelum masehi, agama Buddha berhasil menjadi
agama negeri India dan bahkan menjadi agama dunia karena pengaruhnya saat itu
mencapai hingga jauh di luar India[2]. Hal ini membuat agama Hindu terdesak, namun
tidak sampai membuatnya lenyap. Secara diam-diam dan perlahan agama Hindu
mengembangkan diri dan terus berkembang dengan cara menyesuaikan diri pada
sesuatu yang dijumpainya.
Bentuk terakhir agama hindu setelah zaman agama Buddha
mewujudkan suatu campuran yang terdiri dari bermacam-macam unsur keagamaan.
Bentuk ini terutama dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan bangsa Dravida.
Sumber Keagamaan
Sumber keagamaan zaman ini terdapat dalam kitab-kitab
Purana, Wiracarita, dan Bhagawadgita
a. Kitab Purana
Kitab-kitab
Purana (cerita kuno) berisi ikhtisar dongeng-dongeng dan petunjuk-petunjuk
keagamaan. Isi kitab ini mengandung maksud menyiarkan pengetahuan keagamaan dan
membangkitkan rasa pemujaan yang mendalam di kalangan rakyat, dengan perantara
mite-mite, cerita-cerita, dongeng-dongeng, dan pencatatan sejarah kebangsaan
yang besar. Ada lima hal yang umumnya dibicarakan dalam kitab ini, yaitu:
1. Sarga atau penciptaan alam semesta
2. Pratisarga atau peleburan alam semesta dan
penciptaannya kembali
3. Zaman-zaman pemerintahan Manu (Manwantara)
4. Wamsa atau silsilah kuno
5. Sejarah keturunan raja-raja kuno (Wamsanucharita)
Selain
mengajarkan tentang proses penciptaan alam semesta, peleburan, dan
penciptaannya kembali, kitab Purana juga mengajarkan tiga dewa terpenting dalam
agama hindu, yakni:
1. Brahma
Dewa
ini digambarkan memiliki empat kepala dan dipandang sebagai pencipta dunia.
2. Wisnu
Dewa
ini digambarkan memiliki empat tangan berwarna hitam yang masing-masing memegang
kulit kerang, cakra, gada, dan bunga teratai sekaligus mengendarai seekor
burung garuda. Dewa Wisnu dipandang sebagai pemelihara alam semesta, sehingga
sering meninggalkan surganya untuk membinasakan kejahatan dan meneguhkan
kebajikan dengan cara ‘menitis’. Dewa Wisnu disinyalir pernah menitis sebagai
Rama yang membinasakan Rawana dan sebagai Kresna yang membinasakan Kaurowa.
3. Siwa
Dewa
ini digambarkan sebagai mata-mata yang selalu hadir di tempat-tempat yang
mengerikan, misalnya di medan pertempuran dan tempat pembakaran mayat.
Ia
mengenakan kalung dari tengkorak dan senantiasa dikelilingi roh-roh jahat.
Selain dipandang sebagai perusak alam semesta, namun dewa ini digambarkan
sebagai pertama yang ulung, dan disembah sebagai tuhan tari-tarian (Nataraja),
serta disembah sebagai Guru.
Ketiga
dewa tersebut disembah sebagai Trimurti yang baru dikenal umum pada sekitar
abad ke-5.
b. Kitab
Wiracarita
Kepustakaan
yang terkandung dalam kitab ini hanya ada dua, yakni Ramayana dan Mahabharata yang merupakan dua buah syair
kepahlawanan. Keduanya berisi cerita tentang perbuatan-perbuatan mulia yang
dilakukan oleh pahlawan-pahlawan kebangsaan yang besar. Cerita ini bermaksud
menggambarkan cara menerapkan hukum-hukum Smrti pada keadaan yang konkret di dalam
kehidupan nyata.
1. Ramayana
Syair
ini ditulis oleh Walmiki. Isinya menceritakan tentang Rama, putra raja di
Ayodya, yang bersedia dibuang selama 14 tahun demi kepentingan adiknya. Dalam
pengembaraan, istrinya –Sita- diculik oleh Rawana, raja di Langka, namun
akhirnya dapat direbut kembali melalui perantaraan balatentara kera.
2. Mahabharata
Bagian
pertama kitab ini ditulis oleh Wyasa. Kitab ini berisi cerita tentang
peperangan besar untuk memperebutkan negara Hastina antara Kaurawa dan Pandawa,
keturunan Dhrtarasta dan Pandu, anak Wyasa. Dan berkat pertolongan Kresna,
Pandawalah yang menang dan mewarisi Hastina.
c. Kitab
Bhagawadgita
Bhagawadgita
berarti nyanyian Tuhan, dan kitab ini berupaya mewujudkan salah satu bagian Mahabharata.
Isi pokok kitab ini membicarakan tentang pebincangan anatara Kresna dengan
Arjuna pada awal perang Bharatayuddha.
Pokok
ajaran yang terkandung dalam kitab ini ialah mengenai ‘jalan kelepasan’. Baik
benda/prakrti maupun jiwa/purusa berasal dari Tuhan. Jiwa terpenjara dalam
tubuh sehingga dipengaruhi berbagai macam perbuatan benda. Tugas manusia ialah
berusaha agar jiwa dapat ‘lepas’ dan kembali kepada asalnya, yaitu Tuhan. Ada
tiga jalan kelepasan yang diajarkan, yakni:
1. Jnana-marga, yaitu jalan
kelepasan melalui pengetahuan akan kebenaran yang tertinggi.
2. Bakti-marga, yaitu jalan
kelepasan melalui kasih dan pemujaan kepada purusa yang tertinggi.
3. Karma-marga, yaitu jalan
kelepasan dengan menaklukan kehendak sendiri kepada tujuan Tuhan.
Ketiga
jalan kelepasan ini sama-sama menuju satu tujuan, yaitu kelepasan. Kelepasan
terdiri dari persekutuan jiwa dengan Jiwa Yang Tertinggi, yaitu menyaksikan,
mengalami, dan menghayati hidup ilahi. Persekutuan ini disebut berada di dalam
Brahman, tak bersaksi, dan sebagainya.
Aliran keagamaan
Pada zaman sesudah agama Buddha, dengan bersumber kepada
kitab-kitab yang bermacam-macam muncullah beberapa aliran/mazhab yang menurut
pokok ajarannya dapat dibedakan menjadi:
1. Mazhab Wisnu
Pada
umumnya, yang disembah oleh pengikut mazhab ini ialah dewa Wisnu, atau
istrinya, atau juga salah satu di antaranya. Pengikut mazhab Wisnu ini
memberikan tanda kasta pada dahi mereka, yaitu tiga garis tegak lurus yang
dibuat dari abu. Ajaran mazhab ini lebih condong kepada bakti (penyerahan
diri), bukan pada Jnana atau pengetahuan. Sehingga mereka
lebih menghargai hidup yang dianggap sebagai sesuatu yang suci dan patut
dinikmati.
2. Mazhab Siwa
Para
pengikut mazhab ini menyembah dewa Siwa yang biasanya disandingkan dengan
permaisurinya, yakni Parwati. Dewa Siwa dianggap sebagai dewa bagi kelahiran
kembali. Bentuk yang paling terkenal untuk menyembah Siwa dalam fungsi ini
ialah Lingga, simbol yang berbentuk kelamin laki-laki. Lingga ini ditempatkan
di kuil-kuil untuk disembah.
Pokok
ajaran mazhab ini memandang bahwa Jnana/ pengetahuan adalah jalan kelepasan
yang lebih pasti daripada bakti. Sekalipun bakti juga mempengaruhi mazhab ini.
3. Mazhab Sakta
Yang
disebut sakta ialah penyembah sakti, yaitu tenaga ilahi Tuhan. Sakti biasanya
diwujudkan dalam satu perwujudan, misalnya sebagai Kali, Durga, Tara, Kamala,
dan sebagainya. Sakti juga memiliki banyak aspek, namun dua yang paling penting
diantaranya ialah sebagai ibu-ilahi dan sebagai dewi yang mengerikan.
Selain ketiga aliran keagamaan di atas, masih ada sebuah
bentuk kepercayaan (agama) yang saat itu berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Aliran keagamaan tersebut dikenal sebagai Agama Rakyat.
Agama rakyat ialah suatu campuran antara animisme dengan
segala sistem keagamaan yang ada. Selain menyembah roh nenek moyang dan roh
lainnya, rakyat juga menyembah segala macam dewa yang ada, binatang yang
dijadikan kendaraan dewa, maupun binatang dan tumbuhan suci lainnya.
1. Pemujaan dewa sehari-hari
Ada
tiga macam dewa yang biasanya disembah, yaitu Gramadewata (dewa desa/kota),
Kuladewata (dewa keluarga), dan Istadewata (dewa perorangan). Pemujaan dewa
yang pertama dilakukan dikuil desa atau kota, dan dewa kedua biasanya dipuja di
tempat suci yang disediakan khusus dihalaman rumah atau paling tidak dengan
memiliki patung dewa tersebut yang disimpan di dalam peti dan nanti dikeluarkan
jika akan disembah, sedangkan dewa ketiga biasanya ditemaptkan di kamar pribadi
atau di dalam peti kecil yang dapat dibawa kemana-mana.
2. Pemujaan pada binatang
Sejak
zaman dulu, penganut Hindu sering menyendiri ke hutan guna bersemedi, ini
membuat mereka dekat dengan penghuni hutan dan binatang-binatang serta
menghargai keberadaannya. Dalam kesusastraan India binatang-binatang memiliki
peranan penting, terutama pada zaman Ramayana yang disitu dianggap sebagai
titisan dewa-dewa.
Ada
beberapa binatang yang dipuja oleh mereka, diantaranya kera yang dianggap
sebagai titisan dewa dan makhluk sorgawi yang setia membantu Rama, ular yang
yang raja ular berkepala seribu merupakan ranjang Wisnu dan Siwa pun menjadikan
ular sebagai perhiasan untuk menghias dirinya, dan beberapa binatang dianggap
sebagai kendaraan para dewa, seperti lembu jantan yang dianggap sebagai kendaraan
Siwa, garuda sebagai kendaraan Wisnu, merak sebagai kendaraan Dewi Saraswati,
angsa sebagai kendaraan Brahma, tikus sebagai kendaraan Ganesa, singa sebagai
kendaraan Durga, kerbau sebagai kendaraan Yama, gajah sebagai kendaraan Indra,
dll.
3. Pemujaan pada tumbuh-tumbuhan
Contoh
tumbuhan yang dipuja seperti pohon tulis (semacam teratai) yang dianggap
sebagai titisan Laksmi, pohon bayan (sejenis ara), dll.
4. Pemujaan kepada roh jahat
Selain
dewa, penganut hindu juga menyembah dan memuja roh-roh jahat, seperti raksasa
dan asura yang dipandang suka membinasakan dan suka meminum darah manusia, dan
roh orang mati.
5. Tempat ziarah
Bagi
penganut hindu, berziarah ke tempat-tempat suci merupakan perbuatan yang
membawa pahaya besar. Beberapa kota yang dianggap suci diantaranya Benares,
Mathura, Orissa, dan yang lainnya.
2.2. Penyebaran agama hindu di dunia
Sejarah membuktikan bahwa Agama Hindu
merupakan agama yang tertua di dunia. Agama Hindu juga dapat menyebar hampir ke
seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Mexico, California,Australia, Mesir,
Asia termasuk di indonesia. Perkembangan Agama Hindu di dunia berawal dari
lembah sungai Suci
Sindhu di India. Beberapa bukti peninggalan sejarah dan
kepercayaan masyarakat dunia dapat kita pergunakan sebagai dasar untuk
menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah berkembang di negara-negara
lain selain India antara lain sebagai berikut.
1.
India
Perkembangan
agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 Jaman/fase, yakni
Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan
benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang
yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi.
Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan
perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda,
karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa.
2.
Mesir (Afrika)
Sebuah
prasasti dalam bentuk inkripsi yang berhasil di gali di Mesir berangka tahun 1200 S.M. Isinya memuat tentang perjanjian
antara raja Ramases II dengan bangsa Hittite. Dalam perjanjian yang
dilaksanakan oleh Raja Ramases II dengan bangsa Hittite tersebut, Maitravaruna
sebagai dewa kembar dalam Weda telah dinyatakan sebagai saksi. Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang
Maha Esa dalam Theologi agama Hindu. Raja-raja Mesir dijaman
purbakala mempergunakan nama-nama seperti: Rameses I, Rameses II, Rameses III
dan seterusnya. Tentang Kata Rameses, mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat
dalam kitab Ramayana. Dalam
perjanjian ini "Maitra Waruna" yaitu gelar manifestasi Sang Hyang
Widhi Wasa menurut agama Hindu yang disebut- sebut dalam Weda dianggap sebagai
saksi.
Gurun
Sahara yang terdapat di Afrika Utara menurut penelitian Geologi adalah bekas
lautan yang sudah mengering. Dalam bahasa Sanskerta Sagara artinya laut; dan
nama Sahara adalah perkembangan dari kata Sagara. Diketahui pula bahwa penduduk
yang hidup di sekelilingnya pada jaman dahulu berhubungan erat dengan Raja
Kosala yang beragama Hindu dari India.
3.
Mexico
Mexico terbilang negeri yang
sangat jauh dari India. Masyarakat negeri ini dikatakan telah terbiasa
merayakan sebuah hari raya pesta-ria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu
hari pesta-ria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau
Navaratri dalam agama Hindu “India”. Penduduk jaman purbakala yang ada di
daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang percaya
dengan keberadaan Weda. Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat
Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau Navaratri. Penemuan
patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai putra Dewa Siwa dalam
mithologi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec itu sendiri yang
kebanyakan memuja Dewa Siwa.
4.
Kota Kalifornia
Kalifornia adalah sebuah Kota
yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan
kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu
“Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika
Utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab
Purana tentang keberadaan Raja Sagara dan enam puluh ribu
(60.000) putra-putranya yang dibakar habis hingga menjadi abu oleh Maharsi
Kapila. Raja Sagara memerintahkan kepada putra-putranya untuk menggali bumi
menuju ke Patala-loka dalam rangka kepergian mereka mencari
kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra Raja Sagara, kuda yang dicari itu
diketemukan di lokasi Maharsi Kapila mengadakan tapabrata. Oleh karena
kedatangan mereka “Putra Raja Sagara” mengganggu proses tapabrata beliau,
akhirnya Maharsi Kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah
sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata Patala-loka memiliki arti
negeri dibalik India, yaitu benua Amerika. Kala Kalifornia memiliki kedekatan
dengan kata Kapila Aranya. Kondisi ini memungkinkan sekali karena secara nyata
dapat kita ketahui bahwa di Amerika terdapat cagar alam Taman Gunung Abu yang
kemungkinan sekali berasal dari abunya putra-putra raja Sagara yang berjumlah
enam puluh ribu dan nama pulau kuda yang diambil dari nama kuda persembahan
raja sagara.
5. Australia
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis
tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa
Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk asli Australia. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari ‘’siwa dance’’ menghiasi
dahinya dengan hiasan mata yang ketiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang
dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli
negeri kanguru ‘’australia’’ ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng
weda dan nama-nama dewa dalam kitab suci weda.
6.
Peru
Di sebelah barat-daya amerika
latin terdapat negeri yang disebut dengan peru. Penduduknya melakukan pemujaan
trhadap dewa matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada
hari-hari Soltis. Masyarakat negeri peru dikenal dengan bangsa inca. Kata inca
berasal dari kata ina yang berarti Matahari. Soltis jatuh pada tanggal 21 juni
dan 22 desember, yaitu pada hari-hari ketika matahari telah sampai pada titik
deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada
peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 juni matahari ada di titik
bumi belahan utara ’’utarayana’’, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan
upacara yang berkaitan dengan dewa yadnya. Tanggal 22 desember matahari berada
di titik bumi belahan selatan ’’daksinayana’’ saat waktu itu dipandang baik
untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yadnya. Dewa matahari
menurut keyakinan umat hindu indonesia ’’bali’’ disebut Siwa Raditya =surya=
matahari. Pemujaan kehadapan dewa matahari ’’surya raditya’’ terbiasa dilakukan
oleh umat hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca di Peru.
7. Filipina
Bukti-bukti pengaruh Hindu di
Filipina, yaitu dengan ditemukannya prasasti
tembaga laguna atau disebut juga
keping tembaga laguna. Prasasti tembaga laguna adalah dokumen tertulis pertama
ditemukan dalam bahasa filipina. Piring itu ditemukan pada tahun 1989 oleh E.
Alfredo Evangelista di laguna de Bay, di Metroplex, Manila, filipina. Prasasti
tersebut bertuliskan tahun 822 saka. Dalam prasasti tersebut terdapat banyak
kata dari bahasa sanskerta, jawa kuno, Malaya Kuno, dan Bahasa Tagalog Kuno.
8. Afghanistan
Di Afghanistan telah ditemukan
arca ganesa dari abad ke-5 M yang ditemukan di Gardez, afghanistan sekarang (Dargah Pir
Rattan Nath, Kabul). Pada arca tersebut terdapat tulisan ’’besar dan citra
indah mahavinayaka’’ disucikan oleh Shahi Raja Khingala. Arca Ganesa tersebut
menunjukan bahwa agama hindu merupakan agama yang dianut oleh masyarakat di
Afghanistan pada abad ke-5 hingga abad ke-7.
9. Kamboja
Bukti pengaruh Hindu di Kamboja yaitu berupa
peninggalan purba seperti Angkor Wat yang dibangun oleh Raja Suryavarman II,
ini adalah candi Hindu yang berada di daerah Siam Reap, Cambodia. Angkor Wat
didedikasikan untuk Dewa Vishnu, candi ini sangat besar dan luas sehingga
difungsikan sebagai sebuah kota dengan berbagai keperluan.
Di Kampuchea saat ini terdapat
taman wisata arkeologis angkor wat, yaitu kompleks kuil-kuil yang terdiri dari
angkor wat, bayon, dan banteay srey. Angkor Wat merupakan candi Hindu yang
dibangun sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu dan sebagai simbol kosmologi
hindu. Angkor pernah menjadi kota suci tujuan para peziarah dari seluruh
kawasan asia tenggara. Selain angkor Wat, masih ada
temuan lain berupa patung Ganesha, Shivalingga dan Apsaras.
10.
Thailand
Pengaruh
Hindu di Thailand dibuktikan dengan penggunaan burung Garuda kendaraan Vishnu
sebagai lambang nasional kerajaan Thailand, selain itu pembangunan Patung
Ganesha yang sangat besar terdapat di Pusat Perdagangan dunia di Thailand.
Disamping itu, pembangunan Samudra Manthana di Suvarnabhumi International
Airport, Bangkok yang diangkat dari kisah Purana. Bukti lain akan adanya
pengaruh Hindu adalah patung Phra Phrom yang merupakan representasi dari
Brahma, kuil Dewi Lakshmi di Gaysorn Plaza, kuil Tri Murti di Central world
Mall Bangkok, Lukisan Epos Ramayana versi Thailand di Grand Palace, Thailand
juga memiliki ibu kota kerajaan kuno yang disebut dengan Ayodhya. Ada juga Wat
Kamphaeng Laeng, di daerah Petchaburi.
11.
Vietnam
Pengaruh
Hindu di Vietnam dibuktikan dengan peninggalan berupa Patung Raja Cham
berkepala Shiva yang terbuat dari elektrum sekitar 800 SM. Selain itu,
peninggalan berupa candi yang berisi hiasan/tulisan mengenai kejayaan
Kerajaan Hindu Kuno di Vietnam Selatan yaitu kerajaan Champa. Saat ini, sangat
sedikit komunitas Hindu yang bertahan di Vietnam. Populasinya berkisar sekitar
50.000 jiwa.
12.
Malaysia
Malaysia memiliki beberapa
kantung Hindu seperti Kadaram, Ganga-nagara and Kota Linggi. Pada periode
yang sangat jelas, yakni pada masa kekuasaan kerajaan Srivijaya dan kerajaan
CholasKerajaan Kadaram di Malaysia, digunakan sebagai pelabuhan oleh kerajaan
Srivijaya dan kemudian kerajaan Chola.
Selain itu, di Malaysia berdiri Patung Dewa Kartikeya
yang merupakan patung tertinggi di dunia. Masyarakat Hindu di Malaysia dan
Singapura merupakan masyarakat imigrasi dari India sejak 150 tahun yang lalu.
2.3. Masuknya Agama Hindu di Indonesia
Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal
Tarikh Masehi, dibawa oleh para Musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya
yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para
Musafir dari Tiongkok yakni Musafir Budha Pahyien. Kedua tokoh besar ini
mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebarkan Dharma. Bukti- bukti
peninggalan ini sangat banyak berupa sisa- sisa kerajaan Hindu seperti Kerajaan
Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman di Jawa Barat.
Kerajaan Kutai dengan rajanya Mulawarman di Kalimantan
Timur, Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah dengan rajanya Sanjaya, Kerajaan
Singosari dengan rajanya Kertanegara dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur,
begitu juga kerajaan Watu Renggong di Bali, Kerajaan Udayana, dan masih banyak
lagi peninggalan Hindu tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Raja- raja
Hindu ini dengan para alim ulamanya sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan
agama, seni dan budaya, serta kesusasteraan pada masa itu. Sebagai contoh
candi- candi yang bertebaran di Jawa di antaranya Candi Prambanan, Borobudur,
Penataran, dan lain- lain, pura- pura di Bali dan Lombok, Yupa- yupa di
Kalimantan, maupun arca- arca dan prasasti yang ditemukan hampir di seluruh
Nusantara ini adalah bukti- bukti nyata sampai saat ini. Kesusasteraan
Ramayana, Mahabarata, Arjuna Wiwaha, Sutasoma (karangan Empu Tantular yang di
dalamnya terdapat sloka "Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma
mangrwa") adalah merupakan warisan- warisan yang sangat luhur bagi umat
selanjutnya. Agama adalah sangat menentukan corak kehidupan masyarakat waktu
itu maupun sistem pemerintahan yang berlaku; hal ini dapat dilihat pada
sekelumit perkembangan kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit
menerapkan sistem keagamaan secara dominan yang mewarnai kehidupan
masyarakatnya. Sewaktu meninggal, oleh pewarisnya dibuatkan pedharman atau
dicandikan pada candi Sumber Jati di Blitar Selatan sebagai Bhatara Siwa dan
yang kedua didharmakan atau dicandikan pada candi Antapura di daerah Mojokerto
sebagai Amoga Sidhi (Budha). Raja Jayanegara sebagai Raja Majapahit kedua
setelah meninggal didharmakan atau dicandikan di Sila Petak sebagai Bhatara
Wisnu sedangkan di Candi Sukalila sebagai Buddha.
Maha Patih Gajah Mada adalah seorang Patih Majapahit
sewaktu pemerintahan Tri Buana Tungga Dewi dan Hayam Wuruk. Ia adalah seorang
patih yang sangat tekun dan bijaksana dalam menegakkan dharma, sehingga hal ini
sangat berpengaruh dalam pemerintahan Sri Baginda. Semenjak itu raja Gayatri
memerintahkan kepada putranya Hayam Wuruk supaya benar- benar melaksanakan
upacara Sradha. Adapun upacara Sradha pada waktu itu yang paling terkenal
adalah mendharmakan atau mencandikan para leluhur atau raja- raja yang telah
meninggal dunia (amoring Acintya). Upacara ini disebut Sradha yang dilaksanakan
dengan Dharma yang harinya pun telah dihitung sejak meninggal tiga hari, tujuh
hari, dan seterusnya sampai seribu hari dan tiga ribu hari. Hal ini sampai
sekarang di Jawa masih berjalan yang disebut dengan istilah Sradha, Sradangan
yang pada akhirnya disebut Nyadran.
Memperhatikan perkembangan agama Hindu yang mewarnai
kebudayaan serta seni sastra di Indonesia di mana raja- rajanya sebagai
pimpinan memperlakukan sama terhadap dua agama yang ada yakni Siwa dan Budha,
jelas merupakan pengejawantahan toleransi beragama atau kerukunan antar agama
yang dianut oleh rakyatnya dan berjalan sangat baik. Ini jelas merupakan nilai-
nilai luhur yang diwariskan kepada umat beragama yang ada pada saat sekarang.
Nilai- nilai luhur ini bukan hanya mewarnai pada waktu lampau, tetapi pada masa
kini pun masih tetap merupakan nilai- nilai positif bagi pewaris- pewarisnya
khususnya umat yang meyakini agama Hindu yang tertuang dalam ajaran agama
dengan Panca Sradhanya.
Kendatipun agama Hindu sudah masuk di Indonesia pada
permulaan Tarikh Masehi dan berkembang dari pulau ke pulau namun pulau Bali
baru mendapat perhatian mulai abad ke-8 oleh pendeta- pendeta Hindu di
antaranya adalah Empu Markandeya yang berAsrama di wilayah Gunung Raung daerah
Basuki Jawa Timur. Beliaulah yang memimpin ekspedisi pertama ke pulau Bali
sebagai penyebar agama Hindu dengan membawa pengikut sebanyak ± 400 orang.
Ekspedisi pertama ini mengalami kegagalan. Setelah persiapan
matang ekspedisi kedua dilaksanakan dengan pengikut ± 2.000 orang dan akhirnya
ekspedisi ini sukses dengan gemilang. Adapun hutan yang pertama dibuka adalah
Taro di wilayah Payangan Gianyar dan beliau mendirikan sebuah pura tempat
pemujaan di desa Taro. Pura ini diberi nama Pura Murwa yang berarti permulaan.
Dari daerah ini beliau mengembangkan wilayah menuju pangkal gunung Agung di
wilayah Besakih sekarang, dan menemukan mata air yang diberi nama Sindhya.
Begitulah permulaan pemujaan Pura Besakih yang mula- mula disebut Pura Basuki.
Dari sini beliau menyusuri wilayah makin ke timur
sampai di Gunung Sraya wilayah Kabupaten Karangasem, selanjutnya beliau
mendirikan tempat suci di sebuah Gunung Lempuyang dengan nama Pura
Silawanayangsari, akhirnya beliau bermukim mengadakan Pasraman di wilayah
Lempuyang dan oleh pengikutnya beliau diberi gelar Bhatara Geni Jaya Sakti. Ini
adalah sebagai tonggak perkembangan agama Hindu di pulau Bali.
Berdasarkan prasasti di Bukit Kintamani tahun 802 Saka
(880 Masehi) dan prasasti Blanjong di desa Sanur tahun 836 Saka (914 Masehi)
daerah Bali diperintah oleh raja- raja Warmadewa sebagai raja pertama bernama
Kesariwarmadewa. Letak kerajaannya di daerah Pejeng dan ibukotanya bernama
Singamandawa. Raja- raja berikutnya kurang terkenal, baru setelah raja keenam
yang bernama Dharma Udayana dengan permaisurinya Mahendradata dari Jawa Timur
dan didampingi oleh Pendeta Kerajaan Empu Kuturan yang juga menjabat sebagai
Mahapatih maka kerajaan ini sangat terkenal, baik dalam hubungan politik,
pemerintahan, agama, kebudayaan, sastra, dan irigasi semua dibangun. Mulai saat
inilah dibangun Pura Kahyangan Tiga (Desa, Dalem, Puseh), Sad Kahyangan yaitu
Pura Lempuyang, Besakih, Bukit Pangelengan, Uluwatu, Batukaru, Gua Lawah,
Sistem irigasi yang terkenal dengan Subak, sistem kemasyarakatan, Sanggar/
Merajan, Kamulan/Kawitan dikembangkan dengan sangat baik.
Sewaktu kerajaan Majapahit runtuh keadaan di Bali sangat
tenang karena tidak ada pergolakan agama. Pada saat itulah datang seorang Empu
dari Jawa yang bernama Empu Dwijendra dengan pengikutnya yang mengembangkan dan
membawa pembaharuan agama Hindu di Bali. Dewasa ini, terutama sejak jaman Orde
Baru, perkembangan Agama Hindu makin maju dan mulai mendapat perhatian serta
pembinaan yang lebih teratur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama
Hindu merupakan agama yang mempunyai usia tertua dan merupakan agama yang
pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu pertama kali dikenal di India.
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4
Jaman/fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha.
Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa
orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban
yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang
menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan
ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap
Dewa-dewa. Selain di India perkembangan
agama hindu juga terjadi di berbagai negara seperti Indonesia, Mesir, Mexico,
Vietnam, Afghanistan, Australia, dll. Beberapa bukti peninggalan sejarah dan
kepercayaan masyarakat dunia dapat kita pergunakan sebagai dasar untuk
menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah berkembang di negara-negara
lain selain India
3.2 Saran-Saran
Dari segi penulisan sejarah dalam arti yang
sebenarnya, masih banyak hal yang perlu dibuktikan kebenrannya. Oleh karena itu
disarankan agar digali lebih banyak lagi sumber-sumber sejarah yang dianggap
perlu.
2 Comments
sumber referensinya mana ????
ReplyDeletegabungan sumber referensi di internet
ReplyDelete