http://wilandarinaldi.sharethisstory.net/id-798198-3938
Untuk memahami mekanisme tabrakan yang luar biasa antara India dan Asia kita harus terlebih dahulu melihat ke bawah permukaan bumi. Benua-benua ditopang oleh lempeng-lempeng tektonik bumi seperti orang-orang di atas eskalator. Ada sekitar tujuh lempeng raksasa dan beberapa lempeng kecil yang bergerak di atas permukaan bumi. Hal ini terjadi pada zaman tersier. Zaman Tersier merupakan
tahap terakhir dari fase pemecahan benua Pangea yang diikuti denganterjadinya
tumbukan beberapa benua. Benua Amerika Utara dan Greenland terpisah satu
denganlainnya dari benua Eropa, sedangkan Jazirah Arab mengalami rifting menjauhi
benua Afrika. Pergeseran benua juga membentuk ikut membentuk Teluk Mexico, “African Rift Valley”, dan Laut Merah di jazirah Arab.
Rifting yang terjadi di Jepang menyebabkan terbukanya Laut Jepang.Diberbagai
wilayah di dunia, beberpa daratan yang kecil dan benua bertumbukan yang
menghasilkanbeberapa rangkaian pegunungan yang kita ketahui hingga saat ini,
seperti pegunungan Pirenia(Pyrenees), pegunungan Alpen (Alps) dan pegunungan
Zagros. Tumbukan yang sangat besar dancepat adalah tumbukan yang membawa benua
India menabrak benua Asian Tenggara dan membentuk pegunungan Himalaya dan
dataran/plateau Tibet. Banyaknya tumbukan benua yang mengakibatkanmunculnya
pegunungan pegunungan yang tinggi inilah yang menyebabkan muka air laut
turundiseluruh bumi, serta pergeseran iklim pada periode zaman Tersier
Di masa lalu jumlah lempeng-lempeng ini mungkin saja lebih banyak atau mungkin lebih sedikit. Saat ini lempeng-lempeng ini terus bergerak, saling tabrak, dan saling menjauhi satu sama lain dengan kecepatan 1-20 cm/tahun. Gerakan ini diakibatkan oleh panas yang berasal dari kedalaman interior bumi yang energinya hanya bisa terlepas melalui sebuah proses konveksi. Konveksi adalah sebuah proses yang mengakibatkan gas cair panas yang tidak padat mengalir naik ke atas dan menjadi dingin dan padat sehingga kemudian bergerak turun lagi.
Bisa dikatakan bahwa benua terbentuk dan merupakan akumulasi dari butiran-butiran batuan yang berada di atas lempeng tektonik. Benua seperti ‘buih bumi’, yang mengandung mineral ringan seperti kuarsa yang tidak tenggelam ke dalam mantel padat bumi.
Tidak kurang selama 80 juta tahun, lempeng laut India terus-menerus menabrak Asia bagian selatan, termasuk Tibet. Dasar laut lempeng India yang berat berfungsi sebagai angkur raksasa, menujam dengan cepat ke dalam mantel bumi yaitu ke bawah lempeng Asia dan menarik lempeng benua India ke arah Utara yaitu ke arah Tibet.
Ketika lempeng bertubrukan, dasar lautan yang tenggelam melahirkan pegunungan di selatan Tibet. Friksi dan tekanan yang besar mengakibatkan bebatuan yang ada di atas lempeng yang menujam melebur. Lebih kurang 25 juta tahun yang lalu lautan yang ada di antara dua lempeng yang bertabrakan semakin mengecil dan benar-benar hilang akibat benua India terus menekan dan menekan sedimen di atas dasar lautan. Dikarenakan sedimen adalah sedimen ringan, alih-alih ikut tenggelam dengan lempeng India, sedimen tersebut menekuk menjadi rangkaian pegunungan, yakni Pegunungan Himalaya.
Sepuluh juta tahun yang lalu akhirnya kedua lempeng atau kerak benua akhirnya bertubrukan secara langsung. Dikarenakan Benua India secara dominan terbentuk dari batuan kuarsa ringan, maka penujaman ke bawah mengikuti lempeng India tidak bisa terjadi lagi. Akhirnya pengangkuran yang mengakibatkan penujaman retak. Kemungkinannya, lempeng India yang menujam sudah jatuh dan terbenam ke dalam mantel bumi.
Walau kita tidak mengerti seluruhnya mekanisme apa yang terjadi di masa depan, hal yang sangat jelas adalah India mulai bergerak horizontal seperti pasak raksasa di bawah Tibet yang mendorong Tibet naik ke atas. Tibet, di saat bersamaan berperan seperti blok batu raksasa yang menahan Himalaya bergerak ke arah Utara.
Bye : Wilanda Rinaldi
0 Comments